Dasar-Dasar Teknik Penerangan
1. Cahaya
Cahaya merupakan suatau energi yang diradiasikan atau
dipancarkan dari sebuah sumber dalam bentuk gelombang dan merupakan bahagian
dari keseluruhan kelompok gelombang-gelombang electromagnet. Panjang gelombang
adalah jarak antara puncak-puncak gelombang energi. Kita dapat memahami panjang
gelombang dalam suatau cara yang sama dalam suatu jarak antara
gelombang-gelombang yang berurutan di atas laut. Sebagaimana koita lihat,
masalah panjang gelombang penting sekali dalam menentukan jenis cahaya.
Cahaya dibagi menjadi dua golongan yaitu cahaya alami
dan cahaya buatan, misalnya cahaya alami mengenai penerangan alami siang hari
dan cahaya buatan mengenai penerangan listrik,
2. Intensitas Penerangan (E)
Intensitas penerangan adalah kuat
cahaya (fluk cahaya) yang jatuh pada bidang kerja. Satuan untuk itensitas
penerangan adalah lux.
Persamaan adalah:
L = I/As
(cd/cm2).........................................................................................(1.1)
Keterangan :
L = Luminansi
(cd/cm2)
I = Intensitas Cahaya (cd)
As = Luas semu
permukaan (cm2)
Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat dimana kerjanya dilakukan.
Bidang kerja umumnya di ambil 80 cm diatas lantai. Bidang kerja ini mungkin
sebuah meja atau bangku kerja, atau juga suatu bidang horizontal khayalan, 80
cm diatas lantai. Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh
berat pekerjaan yang harus dilakukan. Juga panjangnya waktu kerja mempengaruhi
intesitas penerangan yang diperlukan.
3. Flux Cahaya
Sumber cahaya
yang memancarkan sama kuat ke setiap jurusan dinamakan sumber cahaya seragam.
Fluk cahaya dapat didefenisikan sebagai intensitas cahaya pada setiap sudut
ruang yang dipancarakan ke suatau arah tertentu, atau dalam bentuk rumus:
ɸo
=
(ExA)/n................................................................................(1.2)
Keterangan:
ɸo
= Flux cahaya yang dipancarkan oleh
semua sumber cahay yang ada dalam
ruangan (lumen)
E = Intensitas penerangan yang
diperlukan di bidang kerja (lux)
A = Luas ruangan (m2)
n = efesiensi penerangan
3. Luminansi
Luminansi adalah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminansi yang terlalu besar akan menyilaukan mata, seperti misalnya sebuah lampu pijar tanpa armatur. Luminansi (L) suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan cahaya ialah intensitas cahayanya di bagi dengan luas semu permukaan.
4. Efisiensi Penerangan
Efisiensi penerangan ditentukan dari tabel. Setiap tabel efisiensi peneranganya hanya berlaku untuk satu armatur tertentu dengan jenis lampu tertentu dan dalam ruangan tertentu pula. Untuk armatur yang tidak memiliki tabel efisiensi penerangan maka efisiensi penerangan yang diambil adalah efisiensi tabel sifat/sistem penerangan.
Untuk menentukan efisiensi penerangan harus diperhatikan:
1. Faktor refleksi dinding (rw), faktor refleksi langit-langit (rp) dan faktor refleksi bidang pengukuran (rm).
2. Indeks ruang.
5. Faktor Refleksi
Refleksi adalah pemantulan cahaya sejajar yang mengenai permukaan suatu medium pantul. Medium pantul dalam sistem penerangan suatu ruang adalah dinding (rw), langit-langit (rp) lantai (rm). Faktor refleksi dipengaruhi oleh warna dinding, langit-langit dan lantai.
Nilai faktor refleksi berdasarkan warna ruangan:
1. Warna putih dan warna sangat muda : 0,7
2. Warna muda : 0,5
3. Warna sedang : 0,3
4. Warna gelap : 0,2
6. Indeks Ruangan
Indeks ruangan
atau indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara ukuran-ukuran utama suatau
ruangan berbentuk bujur sangkar sedangkan besarnya faktor penggunaan
dipengaruhi oleh faktor refleksi dan indeks ruangan. (P. Van. Harten, jilid 2,
2002:40).
K = (pxl) / h (p+l)...................................................................................
............(1.)
Dimana:
p = panjang ruangan (m).
l = lebar ruangan (m).
h = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (m).
Bidang lantai adalah suatu bidang horizontal khayalan,
umumnya 0,80 m di atas lantai. Kalau nilai k yang diperoleh tidak terdapat
dalam tabel, efesiensi peneranganya dapat ditentukan dengan interpolasi. Kalau
misalnya k = 4,5 maka untuk ᶯ diambil nilai
tengah antara nilai-nilai untuk k = 4 dan k = 5. Untuk k yang melebihi 5,
diambil nilai ᶯ untuk k = 5, sebab untuk k diatas 5,
efesiensi peneranganya hampir tidak berubah lagi.
7. Faktor Penyusutan atau faktor depresiasi
Faktor
penyusutan atau faktor depresiasi d ialah:
Intensitas penerangan E dalam
keadaan dipakai ialah intensitas penerangan rata-rata suatu instalasi dengan
lampu-lampu dan armatur-armatur, yang daya gunanya telah berkurang karena
kotor, sudah lama dipakai atau karena sebab-sebab lain.Efisiensi penerangan
yang diberikan dalam tabel 2.2 . Kalau faktor depresiasinya 0,8, suatu
instalasi yang dalam keadaan baru. Memberi 250 lux, akan memberi hanya 200 lux
saja dalam keadaan sudah pakai.
Jadi untuk memperoleh
efesiensi penerangannya dalam keadaan pakai, nilai rendemen yang didapat dari
tabel dikalikan dengan faktor depresiasinya. Faktor depriasi ini dibagi atas
tiga golongan utama, yaitu untuk:
a. Pengotoran ringan;
b. Pengotoran biasa, dan
c. Pengotoran berat.
Masing-masing golongan utama ini dibagi lagi atas tiga kelompok,
tergantung pada masa pemeliharaan lampu-tampu dan armatur-armaturnya, yaitu
setelah 1, 2 atau 3 tahun. Pengotoran ringan
terjadi di toko-toko, kantor-kantor
dan gedung-gedung sekolah yang berada di daerah-daerah yang hampir tidak
berdebu. Pengotoran beratakan terjadi
di ruangan-ruangan dengan banyak debu atau pengotoran lain, misalnya di
perusahaan-perusahaan cor, pertambangan, pemintalan dan sebagainya. Pengotoran
biasa terjadi di
perusahaan-perusahaan lainnya. Kalau tingkat pengotorannya tidak diketahui,
digunakan faktor depresiasi 0,8. Di
samping pengaruh pengotoran, dalam faktor depresiasi telah juga diper- hitungkan pengaruh usia
lampu-lampunya. Pengaruh ini tergantung pada jumlah jam nyalanya. Untuk
tampu-tampu TL diperhitungkan 15000 jam nyala per tahun (harten, tahun 2002 :
41). Angka-angka ini sesuai dengan angka rata-rata di perusahaan- perusahaan.
Referensi : Harten, P. Van, E Setiawan, 2001. Instalasi
Listrik Arus Kuat 2. Jakarta: Trimitra Mandiri.
Artikel Terkait:
Teknik Listrik
- Macam-Macam Circuit Breaker (CB)
- Jaringan Sistem Distribusi Primer
- Keuntungan Penggunaan PLC.
- Penggunaan PLC di industri
- Sejarah Perkembangan PLC (Programmable Logic Controller)
- Sejarah Perkembangan Mikroprosesor
- Perbedaan Mikroprosesor, Mikrokomputer dan Mikrokontroler
- Karakteristik Mikroprosesor
- Pengertian Mikroprosesor
boleh minta link buku Harten, P. Van, E Setiawan, 2001 ga?
ReplyDelete