Ikatlah ilmu dengan menulisnya, luangkan waktu untuk membacanya, pahami dan simpanlah dalam ingatan agar kamu dapat mengamalkannya, terutama untuk diri sendiri selanjutnya untuk orang banyak jika bisa sekaligus juga tidak apa-apa.

Sunday 26 June 2016

Dasar-Dasar Teknik Penerangan


1. Cahaya
Cahaya merupakan suatau energi yang diradiasikan atau dipancarkan dari sebuah sumber dalam bentuk gelombang dan merupakan bahagian dari keseluruhan kelompok gelombang-gelombang electromagnet. Panjang gelombang adalah jarak antara puncak-puncak gelombang energi. Kita dapat memahami panjang gelombang dalam suatau cara yang sama dalam suatu jarak antara gelombang-gelombang yang berurutan di atas laut. Sebagaimana koita lihat, masalah panjang gelombang penting sekali dalam menentukan jenis cahaya.
Cahaya dibagi menjadi dua golongan yaitu cahaya alami dan cahaya buatan, misalnya cahaya alami mengenai penerangan alami siang hari dan cahaya buatan mengenai penerangan listrik,

 2. Intensitas Penerangan (E)
Intensitas penerangan adalah kuat cahaya (fluk cahaya) yang jatuh pada bidang kerja. Satuan untuk itensitas penerangan adalah lux.
Persamaan adalah:
L = I/As   (cd/cm2).........................................................................................(1.1)
Keterangan :
L = Luminansi (cd/cm2)
I = Intensitas Cahaya (cd)
As = Luas semu permukaan (cm2)
Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat dimana kerjanya dilakukan. Bidang kerja umumnya di ambil 80 cm diatas lantai. Bidang kerja ini mungkin sebuah meja atau bangku kerja, atau juga suatu bidang horizontal khayalan, 80 cm diatas lantai. Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh berat pekerjaan yang harus dilakukan. Juga panjangnya waktu kerja mempengaruhi intesitas penerangan yang diperlukan.

3. Flux Cahaya  
Sumber cahaya yang memancarkan sama kuat ke setiap jurusan dinamakan sumber cahaya seragam. Fluk cahaya dapat didefenisikan sebagai intensitas cahaya pada setiap sudut ruang yang dipancarakan ke suatau arah tertentu, atau dalam bentuk rumus:
ɸo =  (ExA)/n................................................................................(1.2)
Keterangan:
ɸo = Flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahay yang ada   dalam ruangan (lumen)
E = Intensitas penerangan yang diperlukan di bidang kerja (lux)
A = Luas ruangan (m2)
= efesiensi penerangan

3. Luminansi
          Luminansi adalah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminansi yang terlalu besar akan menyilaukan mata, seperti misalnya sebuah lampu pijar tanpa armatur. Luminansi (L) suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan cahaya ialah intensitas cahayanya di bagi dengan luas semu permukaan.

4. Efisiensi Penerangan
            Efisiensi penerangan ditentukan dari tabel. Setiap tabel efisiensi peneranganya hanya berlaku untuk satu armatur tertentu dengan jenis lampu tertentu dan dalam ruangan tertentu pula. Untuk armatur yang tidak memiliki tabel efisiensi penerangan maka efisiensi penerangan yang diambil adalah efisiensi tabel sifat/sistem penerangan.
Untuk menentukan efisiensi penerangan harus diperhatikan:
1.      Faktor refleksi dinding (rw), faktor refleksi langit-langit (rp) dan faktor refleksi bidang pengukuran (rm).
2.      Indeks ruang.

5.  Faktor Refleksi
             Refleksi adalah pemantulan cahaya sejajar yang mengenai permukaan suatu medium pantul. Medium pantul dalam sistem penerangan suatu ruang adalah dinding (rw), langit-langit (rp) lantai (rm). Faktor refleksi dipengaruhi oleh warna dinding, langit-langit dan lantai.
Nilai faktor refleksi berdasarkan warna ruangan:
1.      Warna putih dan warna sangat muda          : 0,7
2.      Warna muda                                                : 0,5
3.      Warna sedang                                              : 0,3
4.      Warna gelap                                                 : 0,2

6. Indeks Ruangan
           Indeks ruangan atau indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara ukuran-ukuran utama suatau ruangan berbentuk bujur sangkar sedangkan besarnya faktor penggunaan dipengaruhi oleh faktor refleksi dan indeks ruangan. (P. Van. Harten, jilid 2, 2002:40).
K = (pxl) / h (p+l)................................................................................... ............(1.)
Dimana:
p = panjang ruangan (m).
l = lebar ruangan (m).
h = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (m).
Bidang lantai adalah suatu bidang horizontal khayalan, umumnya 0,80 m di atas lantai. Kalau nilai k yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efesiensi peneranganya dapat ditentukan dengan interpolasi. Kalau misalnya k = 4,5 maka untuk  diambil nilai tengah antara nilai-nilai untuk k = 4 dan k = 5. Untuk k yang melebihi 5, diambil nilai untuk k = 5, sebab untuk k diatas 5, efesiensi peneranganya hampir tidak berubah lagi. 


7.    Faktor Penyusutan atau faktor depresiasi
Faktor penyusutan atau faktor depresiasi d ialah:

Intensitas penerangan E dalam keadaan dipakai ialah intensitas penerangan rata-rata suatu instalasi dengan lampu-lampu dan armatur-armatur, yang daya gunanya telah berkurang karena kotor, sudah lama dipakai atau karena sebab-sebab lain.Efisiensi penerangan yang diberikan dalam tabel 2.2 . Kalau faktor depresiasinya 0,8, suatu instalasi yang dalam keadaan baru. Memberi 250 lux, akan memberi hanya 200 lux saja dalam keadaan sudah pakai.
   Jadi untuk memperoleh efesiensi penerangannya dalam keadaan pakai, nilai rendemen yang didapat dari tabel dikalikan dengan faktor depresiasinya. Faktor depriasi ini dibagi atas tiga golongan utama, yaitu untuk:
a.       Pengotoran ringan;
b.      Pengotoran biasa, dan
c.       Pengotoran berat.

Masing-masing golongan utama ini dibagi lagi atas tiga kelompok, tergantung pada masa pemeliharaan lampu-tampu dan armatur-armaturnya, yaitu setelah 1, 2 atau 3 tahun. Pengotoran ringan   terjadi di toko-toko, kantor-kantor dan gedung-gedung sekolah yang berada di daerah-daerah yang hampir tidak berdebu. Pengotoran beratakan terjadi di ruangan-ruangan dengan banyak debu atau pengotoran lain, misalnya di perusahaan-perusahaan cor, pertambangan, pemintalan dan sebagainya. Pengotoran biasa terjadi di perusahaan-perusahaan lainnya. Kalau tingkat pengotorannya tidak diketahui, digunakan faktor depresiasi 0,8.  Di samping pengaruh pengotoran, dalam faktor depresiasi  telah juga diper- hitungkan pengaruh usia lampu-lampunya. Pengaruh ini tergantung pada jumlah jam nyalanya. Untuk tampu-tampu TL diperhitungkan 15000 jam nyala per tahun (harten, tahun 2002 : 41). Angka-angka ini sesuai dengan angka rata-rata di perusahaan- perusahaan. 

Referensi : Harten, P. Van, E Setiawan, 2001. Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Jakarta: Trimitra Mandiri.

Artikel Terkait:

1 comment:

  1. boleh minta link buku Harten, P. Van, E Setiawan, 2001 ga?

    ReplyDelete