Sejarah perkembangan lampu pijar.
Lampu pijar pertama dibuat oleh Thomas Alva Edison dalam tahun 1879. Pada waktu yang sama, Swan di inggris juga mencapai hasil yang
kira-kira sama.
Lampu-lampu pertama itu menggunakan
benang arang sebagai “kawat” pijar.
Suhunya mencapai 20000 C. Cahaya yang dipancarkan kemerah-merahan,
dan flux cahaya spesifiknya 3 lm/W.
Karena digunakan benang arang,
lampu-lampu ini memiliki koefesien suhu negatif.
Gambar 1. Lampu benang arang
2. Tahun
1910: Lampu vakum kawat wolfram
Setelah lampu benang arang, menyusul lampu-lampu
dengan kawat pijar osmium dan tantalium. Baru sesudah itu. Coolidge di Amerika berhasil membuat kawat pijar dari wolfram.
Suhu kawat pijar ini mencapai
kira-kira 220000 C. Cahayanya sedikit lebih putih daripada cahaya
lampu benang arang. Flux cahaya spesifiknya 8 lm/W.
Gambar 2. Lampu kawat wolfram
3. Tahun
1913: Lampu berisi gas
Lampu-lampu ini diisi dengan dengan gas sampai
tekanan kira-kira 1 atm untuk mengurangi penguapan kawat pijarnya. Kecepatan
menguapnya menjadi 1/5 kali kecepatan menguap dalam vakum.
Akan tetapi gas yang diisikan itu
juga mendinginkan kawat pijarnya. Karena itu lalu digunakan kawat spiral.
Penemu kawat pijar spiral ini ialah Langmuir,
juga seorang Amerika.
Lampu berisi gas dengan kawat pijar
spiral yang pernah dikenal ialah lampu “Arga”. Suhu kawat pijar lampu ini
2400-27000 C. Cahayanya lebih putih lagi daripada cahaya lampu vakum
kawat wolfram, dan flux cahaya spesifiknya 12 lm/W.
Gambar 3. Lampu Berisi Gas
4. Tahun
1933: Lampu bi-arlita
Atas petunjuk Dr.
W. Geiss, Philips memperkembangkan kawat pijar spiral ganda. Dengan
menggunakan kawat pijar ini, flux cahaya spesifiknya dapat ditingkatkan lagi
menjadi 14 lm/W.
Suhu kawat pijarnya 2400-27000 C, yaitu
sama dengan suhu kawat pijar lampu “Arga”. Jadi cahayanya juga seputih cahaya
lampu “Arga”.
Untuk mengurangi silau, sebelah
dalam bola lampu-lampu ini diburamkan.
Gambar 4. Lampu Bi-arlita
5. Tahun
1950: Lampu argenta
Bagian dalam lampu ini diberi lapisan serbuk putih,
sehingga cahayanya lebih merata, mengurangi silau dan bayang-bayang di atas
bidang kerja.
Gambar 5. Lampu argenta
6. Tahun
1960: Lampu supralux
Lampu ini seperti lampu Argenta, hanya bagian bawah
bolanya buram.
Gambar 6. Lampu supralux
Referensi:
Buku “Instalasi Listrik Arus Kuat 2” Oleh P. Van Harten, Ir. E. Setiawan
0 komentar:
Post a Comment