Ikatlah ilmu dengan menulisnya, luangkan waktu untuk membacanya, pahami dan simpanlah dalam ingatan agar kamu dapat mengamalkannya, terutama untuk diri sendiri selanjutnya untuk orang banyak jika bisa sekaligus juga tidak apa-apa.

Saturday 2 April 2016

Sejarah perkembangan lampu pijar.


1. Tahun 1879 : Lampu benang arang

Lampu pijar pertama dibuat oleh Thomas Alva Edison dalam tahun 1879. Pada waktu yang sama, Swan di inggris juga mencapai hasil yang kira-kira sama.
Lampu-lampu pertama itu menggunakan benang arang sebagai  “kawat” pijar. Suhunya mencapai 20000 C. Cahaya yang dipancarkan kemerah-merahan, dan flux cahaya spesifiknya 3 lm/W.
Karena digunakan benang arang, lampu-lampu ini memiliki koefesien suhu negatif.

Gambar 1. Lampu benang arang


2. Tahun 1910: Lampu vakum kawat wolfram

Setelah lampu benang arang, menyusul lampu-lampu dengan kawat pijar osmium dan tantalium. Baru sesudah itu. Coolidge di Amerika berhasil membuat kawat pijar dari wolfram.
Suhu kawat pijar ini mencapai kira-kira 220000 C. Cahayanya sedikit lebih putih daripada cahaya lampu benang arang. Flux cahaya spesifiknya 8 lm/W.


Gambar 2. Lampu kawat wolfram


3. Tahun 1913: Lampu berisi gas

Lampu-lampu ini diisi dengan dengan gas sampai tekanan kira-kira 1 atm untuk mengurangi penguapan kawat pijarnya. Kecepatan menguapnya menjadi 1/5 kali kecepatan menguap dalam vakum.
Akan tetapi gas yang diisikan itu juga mendinginkan kawat pijarnya. Karena itu lalu digunakan kawat spiral. Penemu kawat pijar spiral ini ialah Langmuir, juga seorang Amerika.
Lampu berisi gas dengan kawat pijar spiral yang pernah dikenal ialah lampu “Arga”. Suhu kawat pijar lampu ini 2400-27000 C. Cahayanya lebih putih lagi daripada cahaya lampu vakum kawat wolfram, dan flux cahaya spesifiknya 12 lm/W.



Gambar 3. Lampu Berisi Gas


4. Tahun 1933: Lampu bi-arlita

Atas petunjuk Dr. W. Geiss, Philips memperkembangkan kawat pijar spiral ganda. Dengan menggunakan kawat pijar ini, flux cahaya spesifiknya dapat ditingkatkan lagi menjadi 14 lm/W.
Suhu kawat pijarnya 2400-27000 C, yaitu sama dengan suhu kawat pijar lampu “Arga”. Jadi cahayanya juga seputih cahaya lampu “Arga”.
Untuk mengurangi silau, sebelah dalam bola lampu-lampu ini diburamkan.


Gambar 4. Lampu Bi-arlita


 5. Tahun 1950: Lampu argenta

Bagian dalam lampu ini diberi lapisan serbuk putih, sehingga cahayanya lebih merata, mengurangi silau dan bayang-bayang di atas bidang kerja.


Gambar 5. Lampu argenta


6. Tahun 1960: Lampu supralux

Lampu ini seperti lampu Argenta, hanya bagian bawah bolanya buram.


Gambar 6. Lampu supralux




Referensi: Buku “Instalasi Listrik Arus Kuat 2” Oleh P. Van Harten, Ir. E. Setiawan


Artikel Terkait:

0 komentar:

Post a Comment